Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Oktober 2008

INDONESIAN AQUACULTURE 2008 (SEMINAR, EXHIBITION AND BUSINESS FORUM

bagi yang berminat mengikuti seminar dan temu bisnis indonesia aquaculture, silahkan membaca copy paste di bawah ini
source from : http://www.perikanan-budidaya.go.id/detail_berita_fr.php?id=74



PENDAHULUAN

Pengembangan usaha perikanan budidaya terus diupayakan dalam rangka meningkatkan kontribusinya bagi pembangunan nasional. Peningkatan kontribusi tersebut difokuskan pada pencapaian tujuan pembangunan perikanan budidaya, yaitu meningkatkan devisa, pendapatan, lapangan kerja dan kesempatan berusaha; meningkatkan gizi masyarakat melalui konsumsi ikan; dan melindungi, memulihkan serta melestarikan sumberdaya perikanan budidaya. Melalui upaya tersebut maka sektor perikanan budidaya diyakini mampu menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro poor) dan menyerap tenaga kerja (pro job) dan menjadi pijakan bagi pertumbuhan ekonomi nasional (pro growth).

Kegiatan INDONESIAN AQUACULTURE 2008 dengan tema “Aquaculture for Job Opportunity and Poverty Alleviation in Rural Area” merupakan perwujudan isue utama yang mengemuka pada Musrenbangnas Tahun 2008 di bawah tema Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan. Karenanya penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi akselerator bagi pembangunan bidang perikanan budidaya.

Menyadari nilai strategis yang diusung pada kegiatan ini, maka seyogyanya dukungan berbagai pihak perlu diwujudkan untuk memacu perkembangan usaha bagi para investor dalam dan luar negeri guna memanfaatkan peluang berinvestasi dalam usaha akuakultur di Indonesia. Harapannya, ke depan dapat digalang komitmen bersama antara pemerintah dengan pelaku usaha untuk mendorong pengembangan usaha perikanan budidaya, yang pada gilirannya akan meningkatkan dan membuka kesempatan kerja yang luas serta mengurangi kemiskinan di daerahpedesaan.


TUJUAN

1. Media untuk memperoleh informasi teknologi akuakultur terkini baik dari dalam maupun luar negeri ;
2. Mensosialisasikan hasil-hasil riset dan perekayasaan teknologi akuakultur dan sarana serta prasarana pendukung kepada para pengguna/ pembudidaya di Indonesia ;
3. Media informasi dan interaksi bisnis antara penghasil dan pengguna teknologi akuakultur di Indonesia ;
4. Mendorong daerah-daerah di Indonesia yang mempunyai potensi akuakultur untuk memacu perkembangan usaha akuakultur ;
5. Menarik minat investor, baik dari dalam maupun luar negeri untuk memanfaatkan peluang berinvestasi dalam usaha akuakultur di Indoensia yang masih terbuka luas ;
6. Membentuk komitmen bersama antara pemerintah dengan pelaku usaha dalam pengembangan usaha perikanan budidaya, yang pada gilirannya akan meningkatkan dan membuka kesempatan kerja yang luas serta mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan.


WAKTU DAN TEMPAT

Tempat : Hotel Inna Garuda, Jln. Malioboro No. 60
Telp. 0274-566353, 566322, Fax. 0274-563074
E-mail : sales@innagaruda.com
reservation@innagaruda.com
Homepage : http://www.innagaruda.com
Daerah Istimewa Yogyakarta - INDONESIA
Waktu : Senin – Kamis, 17 – 20 November 2008
Jam : 08.00 – 17.00 WIB


KEGIATAN UTAMA

Kegiatan yang dilakukan selama acara INDONESIAN AQUACULTURE 2008 yang diselenggarakan pada tanggal 17 – 20 November 2008 meliputi :

Seminar


Selain menampilkan pembicara dari dalam dan luar negeri serta pakar-pakar INDONESIA AQUACULTURE 2008 mengajak para peneliti, perekayasa, dosen, mahasiswa, praktisi dan para pelaku dibidang usaha akuakultur mengajukan makalah yang berkualitas baik serta belum pernah dipublikasikan untuk presentasi oral maupun poster yang meliputi materi Infrastruktur dan pengembangan kawasan, agroinput, perbenihan, pakan ikan, pembesaran dan kelompok pendukung budidaya.

Ekshibisi


Kontes ikan hias cupang yang dirangkai dengan pemberian nama strain ikan cupang baru oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
Paper poster

Lomba Masakan serba Lele

Lomba Menggambar tingkat SD

Talk show

Temu asosiasi ; serta

Temu bisnis di bidang Perikanan Budidaya



PESERTA

Peserta INDOAQUA Tahun 2008 terbuka untuk umum, dan dihadiri oleh :
1. Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia ;
2. Peneliti dan Perekayasa Teknologi di bidang akuakultur termasuk sarana dan prasarana pendukung ;
3. Asosiasi di bidang pengembangan akuakultur ;
4. Pelaku usaha di bidang akuakultur ;
5. Investor yang menaruh perhatian di bidang akuakultur;
6. Perbankan/lembaga keuangan dan institusi pemasaran di bidang akuakultur ;
7. Kontak Tani Nelayan Andalan Nasional ;
8. Pemerhati di bidang akuakultur ;
9. Perguruan Tinggi ;
10. Mahasiswa/ Pelajar.


PENYELENGGARA

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan :
• Majalah Trobos
• Majalah Sinar Tani
• Shrimp Club Indonesia
• Asosiasi Pakan Indonesia
• Indonesian Seaweed Society
• Masyarakat Iktiologi Indonesia
• Asosiasi Obat Hewan Indonesia
• Masyarakat Akuakultur Indonesia
• Perhimpunan Ikan Hias Indonesia
• Kontak Tani Nelayan Andalan Nasional
• Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia
• Asosiasi Pengusaha Sarana Akuakultur Indonesia
• Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi D.I. Yogyakarta

Brosur Pameran Indoaqua 2008 dapat di download pada halaman PUBLIKASI bagian SEKRETARIAT



http://www.perikanan-budidaya.go.id/file_donlod_fr.php

Pembenihan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di MSHSRT Desember 30, 2007 in budidaya 20/03/06 - Informasi: Teknologi-dkp.go.id PENGERTIAN MULTI

Pembenihan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di MSHSRT


Informasi:Teknologi-dkp.go.id

PENGERTIAN MULTI SPESIES HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA (MSHSRT)

Hatcheri perikanan pantai pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam dua kalegori yaitu hatcheri lengkap (HL) dan hatcheri skala rumah tangga (HSRT). Teknologi perbenihan yang dihasilkan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol bekerjasama dengan proyek JICA-ATA379 telah diterapkan oleh masyarakat Bali Utara, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan di wilayah pedesaan pantai. Dengan demikian HSRT bandeng dan kerapu bebek dinilai sangat prospektif dan menguntungkan.


Pemasaran benih kerapu bebek saat ini diutamakan untuk KJA lokal dan sebagian besar diekspor untuk pasok restoran “seafood”. Tampaknya para eksportir lebih menyukai benih kerapu bebek produk hatcheri yang notabene bebas dari bahan racun cianidae (portas).Dengan meningkatnya permintaan benih kerapu bebek, akan membuka peluang bagi petani HSRT bandeng untuk mendiversifikasikan produksinya terhadap kerapu bebek.

PROSPEK


Pengembangan HSRT merupakan salah satu upaya produksi benih yang mengarah pada pencapaian beberapa tujuan diantaranya penyediaan lapangan kerja di pedesaan pantai, peningkatan pendapatan dan keterampilan serta pelestarian lingkungan perikanan laut, sehingga upaya dalam penanggulangan kemiskinan di pedesaan, kelestarian lingkungan khususnya laut dan penekanan tindak kriminal dapat tercapai.

Satu hal yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat dalam pengembangan usaha HSRT adalah peningkatan kesejahteraan juga sebagai sumber penyedia benih baik Nasional maupun Intemasional. Pola usaha HSRT selama ujicoba perbenihan sebaiknya dikelola melalui kerjasama dengan HL dan BBRPBL Gondol.

mailto:badri.grouper@gmail.com?subject=bibit


Informasi lebih Ian jut
BALAl BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT
Dusun Gondol. Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak
Kab. Buleleng - Singaraja 81155
P.O. Box 140 Singaraja - 81101
Telp. 0362-92278, Fax. 0362-92272
E-mail : gondol_dkp@singaraja.wasantara.net.id

TRANSPORTASI BENIH IKAN KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis


TRANSPORTASI
BENIH IKAN KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis

HASIL PEMBENIHAN

DI BALI

Bejo Slamet,
Suko Ismi dan Titiek Aslianti

Balai Besar
Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol PO Box 140, Singaraja 81101, Bali.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kepadatan optimal pada transportasi benih ikan kerapu bebek dengan lama watu dan ukuran benih serta sistem transportasi yang berbeda. Benih ikan kerapu bebek yang dipakai sebagai hewan uji berukuran panjang total 4-8 cm. Wadah digunakan kantong plastik ukuran 30 x 50 cm yang diisi 2 liter air laut dan ukuran 35 x 60 cm yang diisi 3 liter air laut. Ratio antara air dan gas oksigen adalah 1 : 3. Perlakuan kepadatan benih perkantong plastik disesuaikan dengan ukuran benih dan lama waktu transportasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan maksimal per kantong plastik yang tingkat kelangsungan hidup tinggi (95-99%)untuk ukuran benih 4-5 cm pada lama waktu 12 jam dan 22 jam adalah masing-masing 30 ekor dan 25 ekor; pada ukuran benih 5-6 cm pada lama waktu 12 jam dan 22 jam adalah masing-masing 25 ekor dan 20 ekor, sedangkan pada ukuran benih 7-8 cm adalah masing-masing 15 dan 12 ekor. Pada transportasi dengan sistem tertutup semuanya
menghasilkan kelangsungan hidup yang sangat tinggi (lebih dari 99%).

Kata kunci
: Transportasi, kerapu bebek, ukuran benih, kepadatan.

ABSTRACT

The experiment was aimed to reveal optimum density of the live humpback grouper seed transportation with different of densities, size of seed, duration and transportation sistem. The total length of seed range from 4 to 8 cm. The plastic bag size 30 x 50 cm filled with 2 liter seawater
size 30 x 50 cm filled with 2 liter seawater and size of 35 x 60 cm filled with 4 liter seawater and the ratio of water and oxygen was 1: 3. The treatments of stock density of seed is depended of size of seed and transport durations. The results showed that the optimal densities per plastic for seed with total length 4-5 cm and duration 12 hours
and 22 hours are 25 and 30 per bag repectively; on seed with total length 5-6 cm with duration 12 and 22 h are 25 and 20 fish per bag respectively and on 7-8 cm total length 15 and 12 fish per bag respectively.
Survival rate on transportation with open sitem using truk with fiberglass tank and pure oxigen is very high (more than 99%).

Keyword:
Transportation, densities, duration, seed size, survival rate.
humpback grouper seed


PENDAHULUAN

Ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis merupakan komoditas ekspor yang bernilai ekonomis tunggi di pasar Asia seperti Hongkong dan Singapura. Saat ini harga ikan kerapu bebek di Denpasar dan Jakarta berkisar antara Rp.300.000-350.000 per kg hidup. Selain itu kerapu bebek mempunyai bentuk yang indah dari kerapu lainnya sehingga waktu kecil bisa dijual sebagai ikan hias dengan harga yang cukup mahal. Pembenihan ikan kerapu bebek sudah diteliti mulai tahun 1996 (Trijoko et al., 199) dan di tingkat petani hatchery skala rumah tangga (HSRT)mulai tahun 1997, namun baru berkembang sejak tahun 1999 di HSRT di Bali. Usaha pembenihan ikan kerapu bebek sudah dirintis di berbagai daerah seperti Lampung, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, kep. Seribu, kep. Riau, Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT; namun hanya di Bali yang dapat berkembang baik. Hal ini disebabkan oleh sudah terdapat sekitar 3.000 petani HSRT bandeng yang sekitar sepuluh persennya berusaha memproduksi benih kerapu bebek sebagai usaha sambilan, sehingga setiap bulan selalu ada yang berhasil menghasilkan benih kerapu bebek di Bali.

Keberhasilan transportasi benih akan mendukung pengembangan kegiatan budidaya pembesaran ikan kerapu khususnya dalam mengupayakan keselamatan dan kesehatan benih yang diangkut dari unit perbenihan sampai ke lokasi budidaya/ pembesaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan daya tahan tubuh serta menganalisis kesehatan benih ikan kerapu bebek yang sedang diangkut pada berbagai kepadatan, selain itu sasaran lebih lanjut adalah untuk menganalisis kemungkinan peningkatan efesiensi biaya transportasi dengan meningkatkan kepadatan pengangkutan dengan memperhatikan faktor kesehatan dan sintasan benih ikan kerapu bebek.

BAHAN DAN METODE

Studi transportasi benih ikan kerapu bebek sistim tertutup dan terbuka dilakukan dengan menggunakan benih hasil produksi petani pembenihan di Bali. Ikan uji berupa benih ikan kerapu bebek dengan panjang total 4 – 5 cm dan
bobot tubuh 3-10 gram. Pada sistem tarnsportasi tertutup benih ikan uji tersebut sebelum dikemas kedalam kantong plastik dipuasakan selama 24 jam. Wadah menggunakan kantong plastik yang berukuran 30 x 50 cm diisi air laut yang telah diaerasi sebanyak 2 liter dan 35 x 60 cm diisi air laut 3 liter.

Kantong plastik yang telah berisi benih kemudian diisi oksigen murni dengan tekanan 100 kg/cm2, ratio antara gas oksigen dan air 3 : 1. Kantong plastik yang berisi benih ikan selanjutnya dimasukan kedalam box streofoam, dan didinginkan dengan menambahkan es batu sebanyak 0,5 kg per box. Parameter yang diamati dalam kegiatan ini adalah kelangsungan hidup, dan kualitas air media pada saat berangkat dan sampai tujuan yang meliputi oksigen terlarut, pH, suhu, salinitas, ammonia dan karbon dioksida dilakukan secara simulasi transportasi. Pada pengangkutan dengan sistem tertutup menggunakan kendaraan berupa truk yang dilengkapi dengan 2 buah bak fiber glass volume masing-masing 2 m3 yang dilengkapi dengan aersi dengan oksigen murni. Kecepatan aerasi oksigen murni diatur sedemikian sehingga 1 tabung dapat digunakan selama 6-8 jam. Selama perjalanan dilakukan penggantian air sebanyak 70-80% setiap 6-8 jam sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data kelangsungan hidup benih kerapu bebek pada transportasi sistem tertutup secara rinci disajikan pada Tabel 1.

Kelangsungan
Hidup Benih Kerapu pada Transportasi Sistem Tertutup

Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada transportasi sistem tertutup untuk benih ukuran 4 – 5 cm kepadatan yang optimum dengan kantong ukuran 30 x 50 cm pada lama waktu trtansportasi 12 jam adalah 30 ekor per kantong dengan kelangsungan hidup (SR) 95-99%; sedang selama 22 jam adalah 25 ekor per kantong (97-99%). Untuk benih ukuran 5 – 6 cm kepadatan yang optimum dengan kantong ukuran 30 x 50 cm pada lama waktu trtansportasi 12 jam adalah 25 ekor per kantong dengan kelangsungan hidup (SR) 98-99%;
sedang selama 22 jam adalah 20 ekor per kantong (96-99%). Untuk benih ukuran 6–7 cm dan 7-8 cm sering mengalami kendala kantong plastik yang bocor dan kempes karena tertusuk tulang sirip punggung. Pada transportasi selama 12 jam kendala palstik kempes masih tidak terlalu fatal, terutama pada transportasi darat walaupun plasti kempes benih masih dapat tertolong oleh goncangan yang mempercepat difusi oksigen.

Tabel
1. Kepadatan,ukuran ikan. lama pengangkutan dan persen sintasan dalam
transportasi benih ikan kerapu bebek dengan sistem tertutup dari
Bali ke perbagai kota tujuan



Ukuran panjang total benih

(cm)

Ukuran
kantong

(cm)/ volume
air (liter)



Kepadatan
benih per kantong

(ekor)

Lama
transportasi (jam)



Kota

tujuan


Alat

angkut


Sintasan

(%)

Keterangan

(ada/tidak
kantong

plastik yang
kempes




1

2

3

4

5

6


7

8

4,0-5,0

30 / 2

30

12


Jakarta

Pesawat

93-95

Tidak

4,0-5,0

30 / 2


25

12

Jakarta

Pesawat

98-99

Tidak


4,0-4,5

30 / 2

30

22

Bengkulu

Pesawat


90-93

Tidak

4,0-5,0

30 / 2

25

22


Bengkulu

Pesawat

97-98

Tidak

5,0-6,0

30 / 2


20

12

Jakarta

Pesawat

98-99

Tidak


5,0-6,0

30 / 2

17

12

Bengkulu

Pesawat


98-99

Tidak

5,0-6,0

30 / 2

20

12


U.Pandang

Pesawat

98-99

Tidak

6,0-7,0

30 / 2


15

12

Bengkulu

Pesawat

92-93

ada


6,0-7,0

30 / 2

20

12

Jakarta

Pesawat


92-93

ada

6,0-7,0

30 / 2

25

12


Lombok

Darat

98-99

ada

6,0-7,0

35 / 4


35

12

Lombok

Darat

97-99

ada


7,0-8,0

30 / 2

25

12

Lombok

Darat


92-93

ada


1

2


3

4

5

6

7

8


7,0-8,0

35 / 4

25

12

Lombok

Darat


98-99

ada

5,0-6,0

30 / 2

15

18


Batam

Pesawat

98-99

Tidak

4,0-4,5

30 / 2


20

18

Batam

Pesawat

98-99

Tidak


7,0-8,0

30 / 2

15

12

Lombok

Darat


98-99

ada

Kelangsungan
Hidup Benih Kerapu pada Transportasi Sistem Terbuka

Pada transportasi terbuka semua pelakuan menghasilkan kelangsungan hidup yang sangat tinggi (>99%). Hal ini karena kodisi kualitas air relatif stabil terutama kadar oksigen dan amoniak terlarut oleh pemberian aerasi oksigen murni dan penggantin 70-80% air laut setiap 6-8 jam (Tabel 2).

Tabel 2.
Kepadatan,ukuran ikan. lama pengangkutan dan persen sintasan dalam
transportasi benih ikan kerapu bebek dengan sistem terbuka
dari Bali ke perbagai kota tujuan



Ukuran panjang total benih

(cm)

Volume

Bak (m3)

Alat
angkut


Jumlah
benih yang diangkut

(ekor)

Lama
transportasi (jam)


Tujuan

Frekuensi
Penggan

tian air
(kali)


Kelang

sungan hidup

benih

(%)

5,0-6,0

4,0

Truk


6.000

15,0

Lombok

1,0

100,0

10,0-12,0


2,0

Truk

2.000

15,0

Lombok

1,0


100,0

12,0-19,0

2,0

Truk

900

15,0


Lombok

1,0

100,0

5,0-7,0

4,0

Truk


4.000

15,0

Lombok

1,0

100,0

15,0-17,0


4,0

Truk

2.000

72,0

Larantuka

6,0


99,5

8,0-9,0

4,0

Truk

6.000

48,0


Lampung

4,0

99,5

6,0-7,0

4,0

Truk


4.000

60,0

Lb.Bajo

4,0

99,5

8,0-9,0


4,0

Truk

4.000

24,0

Dompu

2,0


99,5

Keberhasilan transportasi ikan hidup selalu dipengaruhi sifat fisiologi ikan sendiri, ukuran ikan, kebugaran/mutu ikan menjelang transportasi, mutu air selama transportasi (suhu media DO, pH, CO2. dan ammonia), kepadatan ikan dalam wadah, teknik mobilitasi dengan menggunakan suhu rendah atau bahan kimia serta metabolit alam dan lama penggangkutan (Suryaningrum et al., 2001; Pipet et. al 1982; Basyarie, 1990; Subangsinghe, 1972; Prorent, 1990; Frose. R. 1997). Pada kenyataan dalam melakukan kegiatan transportasi ikan hidup selalu terjadi kompetisi penggunaan ruang dan pemanfaatan oksigen yang tersedia. Pengangkutan dengan sistim tertutup menggunakan kantong plastik, nilai oksigen merupakan parameter penentu pada transportasi ikan hidup ( Berka, 1986).

Peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan mutu air selama transportasi. Hal ini terlihat dari kondisi visual air selama pengangkutan air media agak keruh, berlendir dan Respon ikan terhadap perubahan lingkungan suhu,oksigen terlarut, serta peningkatan metabolik ikan ditunjukkan oleh perubahan warna (Utomo dalam Suryaningrum, 2000). Pada kondisi stress, ikan berubah menjadi pucat, warna menjadi keputihan dan pola warna hilang. Jika ikan mudah
dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya pola warna tersebut dengan cepat akan normal kembali.

Pada dasarnya keberhasilan kegiatan pengangkutan benih ikan kerapu bebek tidak terlepas kaitannya dari cara penanganan benih ikan sejak sebelum dikemas hingga sampai tempat tujuan, tetapi yang lebih penting lagi dari semuanya itu adalah cara mempertahankan agar kualitas fisiko-kimia air media selama pengangkutan agar lebih stabil sehingga diharapkan dapat mendukung dan menjaga kesehatan benih yang sedang diangkut.

Hasil konsumsi oksigen sangat dipengaruhi oleh faktor kepadatan sehingga dari kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan faktor kepadatan mempunyai korelasi positif terhadap tingkat pemanfaatan oksigen, artinya semakin
tinggi kepadatan tingkat konsumsi oksigen akan menjadi lebih tinggi demikian sebaliknya.

Kelarutan oksigen pada saat pengepakan yaitu 6,2 mgO2,/liter, selanjutnya pada adalah 3-4 mgO2/liter, berpengaruh terhadap aktivitas fisiologi ikan. Menurut Rammerswaal (1993) kelarutan oksigen yang rendah didalam air akan menyebabkan warna ikan menjadi pucat, aktivitas ikan lamban, kadang-kadang ikan naik kepermukaan. Lebih lanjut Utomo dalam. Suryaningrum et al. (2000) dalam penelitianya menyatakan bahwa kelarutan oksigen sebesar 3,47 mg O2/liter menyebabkan ikan gelisah, warna menjadi pucat, aktifitas lamban.

Kandungan amonia setelah transportasi meningkat dengan meningkatnya kepadatan. Kandungan amonia pada akhir transportasi berkisar 8-11 mg/liter, namun kandungan NH3 amonia tersebut belum bersifat racun atau mematikan ikan terlihat dari sintasa ikan masih tinggi. Hal ini karena ammonia yang dianalisa dalam bentuk amonium (NH4+), sehingga daya racun tidak begiru kuat. Meningkatnya kandungan amonia dalam air ini dapat berasal dari hasil metabolisme pemecahan protein menjadi amonia oleh bakteri (Remmarswaal, 1993). Tingginya kandungan amonia dalam air menyebabkan pengeluaran amonia dalam darah dan jaringan tinggi. Hal ini menyebabkan pH dalam darah naik. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh ikan, sementara kelarutan oksigen dalam media semakin menurun, sehingga akhirnya menyebkan kematian ikan.


KESIMPULAN

  1. Kepadatan maksimal
    per kantong plastik yang masih menghasilkan kelangsungan hidup tinggi
    (95-99%) untuk ukuran benih 4--5 cm pada lama waktu 12 jam dan 22 jam
    adalah masing-masing 30 ekor dan 25 ekor; pada ukuran benih 5-6 cm pada
    lama waktu 12 jam dan 22 jam adalah masing-masing 25 ekor dan 20 ekor,
    sedangkan pada ukuran benih 7-8 cm adalah masing-masing 15 dan
    12 ekor.
  2. Pada transportasi
    dengan sistem tertutup semuanya menghasilkan kelangsungan hidup yang
    sangat tinggi.(lebih dari 99%).


DAFTAR
PUSTAKA
.

Basyarie.
A (1990). Transportasi Ikan Hidup. Traning Penangkapan Aklimatisasi
dan Peyimpanan Ikan Hias Laut. Jakarta 4 - 18 Desember 1990.

Berka.
R. 1986. The transport of live fish EIFAC Tech. Pap. No. 48. p.52Froces.
R 1997. How to Transport live Fish in Plastic Bags. FAO. Technical Paper.
Roma.Piper.
G.R, IBMc. Elwain, L.E. Ormen, J.P.Mc. Caren, L.G. Fowler and I.R. Leonard.
1982. Hatchery Management. Washington DC, US. Report of Interior, Fish Proseno,
D 1990. Cara Transportasi Ikan Dalam Keadaan Kidup. Makalah disajikan
pada Acara Temu Penelitian , Paket Teknologi 29 – 31 Oktober 1990.Rammerwaal
. 1993 Recirculating Aquaculture System. Info fish international 2 p 39 – 193 Subangsing.
S 1997. Live Handling and Transpotation. Infofish International 2p. 39 – 43

Sugama,
K., Wardoyo, Rohaniawan, dan Masuda, H. 1998. Tenologi Pembenihan Ikan
Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Dalam Proseding Seminar
Teknologi Perikanan Pantai Bali, 8-7 Agustus 1998. Loka Penelitian Perikanan
Pantai Gondol – JICA (ATA-379) p 80 – 88.

Suryaningrum,
T.D., Abdul Sari dan Ninoek Indiarti (2000). Pengaruh Kapasitas Angkut
Terhadap Sintasan dan Kondosi Ikan pada Transportasi Kerapu Hidup Sistim
Basah. Dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan Jakarta.
P; 259-268.

Tridjoko,
Slamet, B, Makatutu ,D dan Sugama,K. 1996. Pengamatan Pemijahan dan
Perkembangan Telur Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)
secara Terkontrol. Jurnal. Penelitian Perikanan Indonesia. 2 (2) : 55-62.
Wibowo,
S, Utomo, B S.V. and Suryaningrum, T.D. 1987. Kajian Sifat Fisiologi
Ikan Sebagai Dasar Dalam Pengembangan Transportasi Ikan Kerapu Lumpur
(Epinephelus tauvina) Hidup untuk Eksport. Makalah disampaikan
sebagai penelitian unggulan Puslitbang Perikanan.
















Minggu, 19 Oktober 2008

Permasalahan penyakit di pembenihan kerapu

source from : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=17&aid=1220

Permasalahan penyakit di pembenihan kerapu

Salam hormat,
beberapa waktu yang lalu saya mengalami permasalahan, hampir semua benih ikan kerapu macan yang saya pelihara di bak indoor sejak umur 20 hari mengalami kematian dengan gejala-gejala sbb :
1. ikan tidak bergerak normal, ikan yang sehat biasanya pergerakannya aktif berputar
2. warna ikan gelap
3. sebagian ikan kehilangan kemampuan renang dan keseimbangannya, kemudian bergerak hanya di dasar bak, dan akhirnya mati dengan tutup insang membuka lebar. Hal ini terjadi secara terus menerus sehingga kematian harian yang saya amati cukup tinggi
4. pertumbuhan terlihat sangat lambat, padahal suhu air sudah saya upayakan 30°C
5. nafsu makan ikan terlihat sangat kurang
Saya sudah mengupayakan untuk mengobati ikan, misalnya dengan elbaju bahkan dengan OTC tetapi belum menunjukkan hasil yang bagus.
Apakah kira-kira penyakit yang menyerang benih kerapu yang saya pelihara, bagaimana cara mengatasinya ?

Jawab :
Dalam budidaya ikan atau udang, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengupayakan lingkungan/media senyaman mungkin bagi ikan di dalamnya. Jika lingkungan hidup atau media aman dan nyaman bagi ikan, maka bisa dipastikan ikan akan tumbuh dengan optimal, sebaliknya jika media hidupnya kurang nyaman, ikan akan mudah stres dan berupaya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang buruk, sehingga energi yang dikeluarkan lebih besar dan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan.
Selain faktor lingkungan, patogen merupakan faktor yang harus kita perhatikan sebab jika sudah masuk ke dalam lingkungan pemeliharaan ikan, akan mudah sekali menginfeksi ikan terutama pada saat lingkungan memburuk atau jika ikan mengalami stress. Hampir semua patogen bersifat oportunis, yaitu menyerang pada saat lingkungan memburuk.
Jika dilihat dari gejala, besar kemungkinan benih kerapu yang bapak pelihara terinfeksi suatu penyakit. Tapi diperlukan pemeriksaan dan analisa yang tepat sehingga benar-benar diketahui penyakit yang menginfeksi ikan. Bapak bisa mengirimkan sampel ikan yang sakit ke balai-balai perikanan untuk memastikan agen penyakit.
Beberapa ilustrasi penyakit yang mungkin menginfeksi diantaranya :

1. parasit monogenean, seperti Neobenedenia sp. Biasanya dicirikan dengan turunnya nafsu makan ikan disertai pergerakan yang abnormal. Beberapa menimbulkan 'pop eye', biasanya berasosiasi dengan penyakit bakterial. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah merendam dengan air tawar selama 15-30 menit sehingga parasit akan terlepas dari tubuh ikan. Jika terkena air tawar, warna parasit akan berubah dari bening menjadi putih susu sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang.

2. Parasit dari jenis Oodinium sp, dicirikan dengan timbulnya lapisan seperti bludru (velvet) pada permukaan tubuh ikan, serta warna insang berubah pucat. Ikan biasanya cenderung diam di dasar bak. Infeksi Oodinium lebih susah diamati pada ikan yang masih berukuran kecil, tetapi biasanya infeksi oodinium ini menyebabkan kematian yang signifikan. Jika terserang Oodinium, ikan bisa di dipping (celup) dengan larutan formalin 100-200 ppm selama 1 jam dengan aerasi kuat.

3. Penyakit bakterial, salah satunya vibriosis. Gejala warna ikan cenderung gelap, jika dibedah gelembung renang membesar (tampak seperti kembung), kadang-kadang disertai luka/borok. Jika terbukti terinfeksi bakteri, antibiotik bisa digunakan dengan dosis sesuai yang dianjurkan. Kepadatan ikan dikurangi dan perbaikan kualitas air. Pemakaian antibiotik (jenis dan dosis) sebaiknya dilakukan secara hati-hati karena pemakaian yang salah bisa menyebabkan resistensi.

4. Virus VNN, banyak menyerang benih kerapu dengan gejala kehilangan nafsu makan, ikan yang lemah berenang dekat permukaan air. Ikan yang terinfeksi akan banyak berada di dasar bak, dan akhirnya akan mati. Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi virus, kecuali langkah-langkah pencegahan seperti pergantian air yang cukup banyak dan sering, serta penambahan imunostimulan. VNN mudah menular sehingga jika teridentifikasi dan kematian semakin meningkat, disarankan untuk memusnahkan dan melakukan sterilisasi terhadap bak dan alat-alat.

Demikian, semoga bisa memberikan gambaran dan bermanfaat. Selamat berbudidaya.

Rubrik ini diasuh oleh PT Suri Tani Pemuka